Minggu, 07 Oktober 2007

TKW SEBUAH KONTROVERSI

TKW SEBUAH KONTROVERSI

Prolog

Tahun 1992, Desa Dompyong (Kabupaten Cirebon – Jawa Barat) adalah sebuah desa yang masih dikatagorikan sebagai desa miskin , hal ini didukung oleh beberapa kenyataan sebagai berikut:

  1. Listrik Masuk Desa (LMD) yang merupakan proyek jamannya Pak Harto, baru masuk tahun 1987, padahal saat itu hampir sebagian besar Desa-Desa di Kabupaten Cirebon sudah sejak lama menikmati aliran listrik.
  2. Angka Kematian Balita dan Gizi Buruk masih tinggi, dikarenakan ketidak mampuan ekonomi menyebabkan balita yang sakit jarang dibawa ke PUSKESMAS apalagi ke Dokter
  3. Tingkat Pendidikan Penduduk masih didominasi oleh orang buta huruf dan tamatan SD, sedangkan yang menyelesaikan SMP sampai dengan Perguruan Tinggi jumlahnya masih di bawah 5 %
  4. Tingkat perceraian tinggi, hal ini diakibatkan karena ketidakmampuan ekonomi dari pihak si suami
  5. Jalan-jalan desa sepenuhnya masih jalanan tanah, apabila musim kemarau menimbulkan banyak debu, tetapi kalau musim hujan jadi pada becek
  6. Mata pencaharian penduduk hampir seratus persen adalah petani dan buruh tani, saya masih inget yang jadi guru hanya 10 orang, yang bekerja di Departemen Koperasi hanya 1 orang, dan yang bekerja di BPK hanya 1 orang, dan merekalah yang disebut sebagai segelintir orang kaya di kampung.

Sampai dengan tahun 1992 penulis masih tinggal di Desa Dompyong, karena saat itu penulis baru saja menyelesaikan pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan baru saja menyandang gelar sebagai Insinyur Pertanian pertama di desaku tercinta.

Untuk menghidupi ekonomi keluarga, pada saat musim hujan tiba, para suami dan istri pada turun ke sawah untuk bercocok tanam padi, yang punya tanah sawah menggarap tanahnya sendiri, yang tidak punya lahan garapan ya terpaksa menjadi buruh tani saja, begitulah rutinitasnya berlangsung dari tahun ke tahun. Setelah masa tanam selesai dan sambil menunggu masa panen tiba, biasanya para suami dan laki-laki yang sudah cukup dewasa “MERANTAU” ke Jakarta, disana biasanya “dagang Aqua” di TMII, berangkat jum’at pulang senin, karena jualannya hari sabtu dan minggu. Hasil dari dagang tersebut dipakai untuk menghidupi keluarga selama seminggu, nanti biasanya hari jum’at berangkat lagi dan hari senin pulang lagi, begitu seterusnya sampai musim panen tiba.

Keunikan (atau lebih tepatnya mungkin kelemahan) orang-orang di kampungku yaitu mereka sepertinya sudah merasa nyaman dengan kondisi yang ada. Kendati panen sering gagal dan sering terlilit utang rentenir, asal bisa makan untuk hari ini, ya sudah, mereka merasa senang. Perkara untuk hari esok dipikirkannya besok saja. Begitupun kalau “Merantau” ke Jakarta, asal hari sabtu dan minggu dapat uang, dan uang yang didapat itu diperkirakan cukup untuk menghidupi keluarga selama seminggu, ya sudah, hari senin mereka pulang ke desa, ggak betah katanya lama-lama di Jakarta, enakan di kampung halaman.

Dengan kondisi seperti itu, masyarakat di desaku adalah masyarakat yang hanya memikirkan “Life for Eat”, tanpa memikirkan bagaimana kalau nanti anak sakit, tanpa memikirkan bagaimana nanti kalau anak udah gede, gimana caranya menyekolahkan anak, dansebagainya-dansebagainya. Sehingga memang pantas kalau dengan pola hidup seperti itu desaku akan tetap menjadi desa miskin di Kabupaten Cirebon.

Malaikat Penolong ?

Tenaga Kerja Wanita atau lebih ngetop dengan sebutan TKW, istilah ini mulai dikenal di kampungku sejak Tahun 1987, saat itu masyarakat di kampungku masih menilai bahwa menjadi TKW (walaupun gajinya besar) adalah suatu pekerjaan yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang bener-bener sudah nekat dan tidak punya harapan hidup lagi di kampung halaman, suatu pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh seorang perempuan yang baru saja dicerai suaminya, menanggung banyak anak untuk dihidupinya, sedangkan si suaminya tidak mau ngempanin anak-anaknya malah kawin lagi dengan tetangga depan rumahnya, barulah dengan kondisi seperti itu biasanya sang perempuan nekat pergi ke Saudi Arabia untuk menjadi TKW.

Bayangkan, jangankan ke Saudi Arabia (saat itu baru di kenal TKW Arab), sekedar jalan-jalan ke kota cirebon saja paling-paling dilakukan setahun sekali itupun biasanya pada saat lebaran, pergi rame-rame se-RT naik mobil bak terbuka, bawa bekel secukupnya untuk nanti dimakan rame-rame di kota cirebon, itulah yang kami namakan “PLESIR (Piknik)”.

Bisa juga seorang perempuan berangkat ke “Arab” karena memang sudah komitmen dengan suaminya dikarenakan sudah bosan dengan kehidupan yang dialaminya, kalau sudah begitu biasanya si istri berangkat ke Saudi Arabia, si suami jadi penunggu rumah dan mengurusi anak-anak dari mulai memasak, mencuci baju, setrika, danseterusnya pokoknya jadi bapak(ibu) rumah tangga deh.

Saya masih inget, perempuan pertama di desaku yang berangkat ke Arab menjadi TKW adalah bi Jumainah, Suaminya namanya mang Dawud, punya anak si Amat dan si Eti.

Sebagai Kepala Keluarga, mang Dawud adalah seorang buruh tani dengan penghasilan pas-pasan dan uang yang didapat hanya cukup untuk makan sehari-hari saja, kendatipun mang Dawud sudah peras keringat banting tulang, tetap saja kehidupannya tidak beranjak. Sampai akhirnya diputuskan bahwa untuk memperbaiki kehidupan rumah tangga mereka, sang istri harus menjadi TKW ke Saudi Arabia.

Saat bi Jumainah berangkat tahun 1987, si Amat masih berumur 2 tahun dan si Eti masih berusia 6 bulan, sungguh suatu perjuangan yang berat bagi mang Dawud untuk membesarkan ke dua anaknya, mang Dawud harus berperan sebagai bapak juga berperan sebagai ibu, dan pada saat yang sama harus menahan gejolak rindunya pada sang istri nun jauh disana.

Mang Dawud termasuk suami yang setia dan penuh pengorbanan, selain pintar mengurus anak dan rumah, mang Dawud juga pandai menyimpan uang yang dikirimankan sang istri, hasil jerih payah bi Jumainah selama menjadi TKW, sehingga tak lama kemudian mang Dawud sudah bisa membeli sebidang tanah garapan, membangun rumahnya yang tadinya berdinding bambu beratap alang-alang, menjadi “Gedong Sigrong”, membeli sepeda motor baru, dan selanjutnya bisa menyekolahkan anak-anaknya; Sekarang si Amat sudah menjadi ABRI dan si Eti saat ini tercatat sebagai mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Jakarta dan sedang memburu gelar SPd, karena cita-citanya memang ingin menjadi guru.

Keberhasilan keluarga mang Dawud rupanya menjadi awal mula tumbuhnya “bi Jumainah” “bi Jumainah” baru, karena semenjak bi Jumainah berangkat ke Saudi Arabia dan berhasil mengubah hidup, menjadi pemicu yang sangat manjur bagi perempuan-perempuan lainnya di kampungku untuk mengikuti jejaknya. Dan sejak saat itulah kampungku kini menjadi kampung pengekspor TKW terbesar (mungkin) se-Indonesia; walaupun saya tidak menghitungnya, tapi dapat dipastikan bahwa sekarang ini di setiap rumah dikampungku pasti ada satu orang perempuan yang berangkat menjadi TKW entah itu ke Saudi Arabia, ke Hongkong, ke Taiwan, maupun ke Singapur. Ternyata TKW memang telah menjadi malaikat penolong kampungku dari kampung miskin menjadi kampung yang “sejahtera”. Dapat dibayangkan sepuluh tahun yang lalu kampungku masih dipenuhi dengan rumah berdinding bambu dan beratap alang-alang, sekarang, setelah 10 tahun para TKW mengabdi. Anda bisa lihat sendiri (kalau sempet) rumah-rumah bagus dan permanen hampir disemua sudut kampung, kendaraan bermotor hilir-mudik tiada henti karena jalan desa sudah di-hotmix, geliat perekonomian sangat terasa karena setiap rumah tangga punya sesuatu untuk dibelanjakan, sehingga kampungku sekarang benar-benar “HIDUP”.

Kontroversi

Booming TKW di desa Dompyong, ternyata membawa dampak yang sungguh hebat pada tatanan kehidupan bermasyarakat, baik tatanan kehidupan dalam rumah tangga masing-masing individu maupun dalam hubungan sosial rumah tangga yang satu dengan rumah tangga lainnya. Kelaziman badaya di negeri ini yang mengharuskan laki-laki menjadi kepala rumah tangga dan wajib mencari nafkah untuk menghidupi anak istri, sementara sang istri menjadi ibu rumah tangga, sudah mulai terbalik.

Sekarang ini banyak laki-laki(suami) yang “Kemayu”, sudah tidak mau lagi kerja keras banting tulang untuk menghidupi anak istrinya, mereka lebih suka menghabiskan waktunya di rumah, membersihkan rumah, mencuci, setrika, dan mengurus anak-anak. Mereka merasa bahwa dengan melakukan pekerjaan di atas, sudah cukup baginya dijadikan “suami yang baik”, bagi istrinya yang sedang mengadu nasib dan memeras keringat di Saudi Arabia demi beberapa gelintir REAL untuk dikirimkan ke Indonesia dalam rangka untuk menghidupi Suami dan Anak-anaknya.

Menjadi laki-laki dikampungku, sekarang ini ibarat menjadi “wanita” saja, sementara wanita yang sebenarnya malah sekarang ini menjadi “laki-laki” dalam arti yang sebenarnya juga, karena merekalah yang sekarang ini menghidupi keluarga, dengan penghasilan para TKW inilah, para keluarga bisa memenuhi tidak hanya sandang dan pangan tetapi juga papan.

Para TKW di kampungku, sekarang ini sudah seperti kepala rumah tangga saja, mereka lebih berani dalam memerintah suami, mengatur suami, karena memang kenyataannya merekalah yang mencari nafkah dan menghidupi rumah tangga.

Ketidaklaziman “perilaku” di atas, lebih diperparah lagi dengan satu kenyataan yang sangat memilukan hati. Si Juned dan Enok Ipah (bukan nama sebenarnya) adalah sepasang suami istri yang dikaruniai seorang anak perempuan berumur 1,5 tahun, setelah 3 bulan melahirkan, Enok Ipah berangkat ke Saudi Arabia menjadi TKW. Si Juned dengan setia mengurusi anak kesayangannya walaupun dengan perasaan yang masgul karena ditinggal pergi istri tercintanya. Setelah 2 tahun berlalu, si Juned hatinya semakin berdebar-debar karena semakin dekat dengan hari kedatangan istrinya dari Saudi Arabia. Tapi apa dikata begitu Enok Ipah datang, ternyata datang dengan lelaki lain, rupanya Enok Ipah sudah “bersuami” lagi dengan tetangga desa yang kebetulan menjadi TKI di sana. Bisa dibayangkan betapa hancurnya hati si Juned dengan kenyataan seperti itu, 2 Tahun dia bersusah payah membesarkan anak, 2 tahun dia setia dengan tetap menunggu dan menanti Enok Ipah, eh……….Enok Ipahnya malah disana “berselingkuh” dengan lelaki lain.

Cuman yang lebih memilukan hati, dengan kenyataan seperti itu si Juned malah bilang sama Enok Ipah begini…..”Enok Ipah, biarlah kamu bersuami lagi. Akang Juned rela di dua asal hidup akang Juned sama anak kita dibiayai sama Ipah”

Bagaimana komentar anda??????

Rabu, 03 Oktober 2007

SOAL-SOAL MANAJEMEN STRATEGIK

KISI-KISI SOAL MANAJEMEN STRATEGIK

Sekedar berbagai untuk temen-temen sekalian, waktu saya kuliah Manajemen Strategik dengan dosen Prof. Masngudi dikasih kisi-kisi soal Manajemen Strategik, mudah-mudahan aja ada gunanya

1. Jelaskan perbedaan karakteristik manajemen strategic dibandingkan dengan manajemen pada umumnya?

Sangat berbeda dengan manajemen secara umum dimana manajemen strategic menyikapi dinamika terjadinya perubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi terhadap pelaksanaan manajemen itu sendiri dalam upaya merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan, sejalan dengan hal tersebut maka berikut ditunjukan sejumlah sifat-sifat atau karakteristik manajemen strategic:

Manajemen strategic bersifat dinamik
Manajemen strategic bersifat jangka panjang
Manajemen strategic merupakan sesuatu yang harus dipedomani oleh manajemen operasional
Manajemen strategic perlu keikutsertaan (dimotori) oleh unsure pimpinan tingkat atas (top manajemen)
Manajemen strategic berorientasi ke masa depan
Manajemen strategic harus didukung dalam pelaksanaannya oleh seluruh sumber-sumber daya ekonomi yang tersedia
Manajemen strategic merupakan sesuatu yang sulit untuk diamati


2. Mengapa para pemimpin perusahaan dewasa ini perlu mengaplikasikan manajemen strategic?

Manajemen strategic adalah merupakan kegiatan manajemen yang didalam upayanya mencapai tujuan yang telah ditetapkan akan digunakan suatu strategi yang mendukungnya.

Para pemimpin perusahaan perlu mengaplikasikan manajemen strategic, karena manajemen strategi dapat diaplikasikan dalam semua kegiatan perusahaan diantaranya:

a. Sebagai Perencanaan (business plan), yang untuk itu bagaimana suatu perusahaan untuk merealisasikan tujuannya harus dengan perencanaan yang mantap
b. Strategi dapat diartikan sebagai Siasat, yang dalam hal ini pemimpin perusahaan harus dapat mensiasati setiap perubahan keadaan lingkungan yang harus dihadapi oleh manajemen sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat direalisasikan
c. Strategi dapat diberikan pengertian sebagai Positioning , yaitu bagaimana pemimpin perusahaan dapat memahami posisi perusahaannya dan langkah-langkah apakah yang harus dilakukan agar perusahaannya tetap hidup dan berkembang
d. Strategi dapat diartikan sebagai suatu Perspektif, yang dalam hal ini pemimpin perusahaan harus melihat pada jangkauan kedepan serta langkah-langkah yang seyogyanya diambil dalam upaya merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan
e. Strategi dapat diartikan sebagai Rencana Terpadu dari semua unit kegiatan yang pelaksanaannya harus didukung oleh selurh jajaran perusahaan serta seluruh sumber-sumber daya ekonomi yang tersedia didalam perusahaan

3. Dalam penyusunan Strategik Planing perlu dibuat analisis SWOT, mengapa demikian?

Strategi Planning merupakan inti dari manajemen strategic, sekaligus merupakan proses perumusan misi dan sasaran, pengembangan alternative dan pemilihannya, serta penyusunan rencana nyata untuk mencapai misi dan sasaran yang telah ditetapkan.

Penyusunan Strategi Planning sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan perusahaan, baik factor lingkungan internal perusahaan (man, money, material, machine, dan method) maupun factor lingkungan eksternal perusahaan (lingkungan industri, ekonomi, politik, keamanaan, social, budaya, hukum, dan iptek).

Berdasarkan analisis dinamika lingkungan internal pemimpin perusahaan dapat mengetahui Kekuatan (Strength) dan Kelemahannya (Weakness) sementara berdasarkan dinamika lingkungan eksternal, maka pemimpin perusahaan dapat mengetahui adanya peluang (opportunity) dan tantangan (threat) yang dapat dimanfaatkan dan atau harus dihadapi.

Sejalan dengan uraian tersebut di atas, maka pemimpin perusahaan harus secara cermat dan berkelanjutan untuk menganalisis dinamika lingkungan baik lingkungan internal maupun eksternal dengan memanfaatkan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat), sehingga penyususnan Strategik Planning dapat dihasilkan dengan baik.

Dalam penyusunan analisis SWOT sekaligus dapat ditawarkan berbagai alternative Strategi Pilihan, dapatkah anda menjelaskan?.

Analisis SWOT dilaksanakan dengan mengidentifikasi lingkungan internal perusahaan guna mengetahui posisinya apa saja yang merupakan Kekuatan (Strength) dan apa pula yang menjadi kelemahannya (Weakness). Demikian pula dilakukan analisis lingkungan eksternal dari perusahaan yang bersangkutan guna mengetahui posisinya apakah memiliki peluang-peluang (Opportunities) dan demikian pula kemungkinan adanya ancaman (Threat).

Setelah dilakukan uji analisis SWOT yaitu dengan menggunakan score skala Likert dan dituangkan dalam sebuah diagram Cartesius, maka hasilnya akan menjadi bahan pertimbangan bagi pemimpin perusahaan untuk mengambil keputusan; karena dalam analisis ini sekaligus juga ditawarkan berbagai Strategi Alternatif, antara lain:

Strategi Agresif (Growth Strategik), strategi ini digunakan apabila dari analisis SWOT, perusahaan tersebut mempunyai Peluang (Opportunity) dan mempunyai Kekuatan (strength); menurut strategi ini perusahaan harus mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki guna memanfaatkan peluang yang terbuka
Strategi Rasionalisasi, strategi ini digunakan apabila dari analisis SWOT, perusahaan tersebut mempunyai Peluang (Opportunity) tetapi mempunyai Kelemahan (Weakness); menurut strategi ini perusahaan harus mengoptimalkan peluang yang dimiliki dengan meminimalkan kelemahan yang ada
Strategi Diversifiakasi, strategi ini digunakan apabila dari analisis SWOT, perusahaan tersebut mempunyai Kekuatan (Strength) tetapi mendapatkan Ancaman (Threath); menurut strategi ini perusahaan harus mengoptimalkan Kekuatan yang dimiliki dengan meminimalkan Ancaman yang dihadapi
Strategi Devensif (Survival), strategi ini digunakan apabila dari analisis SWOT, perusahaan tersebut mempunyai Kelemahan (Weakness) dan memiliki Ancaman (Threat); menurut strategi ini perusahaan harus meminimalkan kelemahan yang dimiliki dan demikian juga meminimalkan ancaman yang harus dihadapi

4. Dalam suatu manajemen strategic pada suatu perusahaan setelah selesainya penyusunan strategic planning, maka dalam strategic actionnya perlu diikuti langkah-langkah yang cepat dalam strategic actionnya, jelaskan

Strategik Action adalah merupakan tahap implementasi dari suatu strategic Manajemen, Strategic action adalah penjabaran dari suatu pengelolaan dan pelaksaan lebih lanjut setelah strategic planning dirumuskan, serta menterjemahkan strategi ke dalam tindakan yang nyata.

Cakupan Strategic action terdiri dari
Impelementasi Kepemimpinan
Implementasi Kebijaksanaan
Implementsi Organisasi

Langkah-langkah kunci dalam penentuan strategic action adalah merumuskan petunjuk pelaksanaan (juklak) dari pada proses implementasi dengan cara:
Mengembangkan suatu program implementsi
Menunjuk penanggung jawab untuk tiap kegiatan
Memperkirakan waktunya termasuk kapan dimulai dan kapan berhenti
Mengidentifikasi resources yang diperlukan dan kendala-kendala resources tersebut
Membentuk suatu system monitoring dan proress report

Sedangkan tanggung jawab utama Implementasi secara managerial adalah:
a. Atur tugas-tugas kunci dan langkah-langkah urutan bagi pelaksanaan kebijaksanaan dan strategi untuk mencapai tujuan
b. Tentukan siapa yang bertanggungjawab atas suatu tugas khusus, langkah-langkah yang harus diambil serta keputusan yang diambil
c. Tentukan struktur organisasi bagi implementasi
d. Tentukan resources yang diperlukan dan yang tersedia
e. Tentukan ukuran-ukuran Performance yang dianggp beres
f. Tentukan motivasi dan insentive kerja

5. Apakah yang anda ketahui pentingnya langkah strategic thinking dalam pelaksanaan manajemen strategic didalam suatu perusahaan

Strategik thinking merupakan integrasi dari perencanaan dan tindakan strategis. Strategik thinking merupakan suatu langkah untuk membangkitkan dan membangkitkan kembali semangat dari seluruh jajaran perusahaan, agar tujuan yang telah ditetapkan dapat terealisasikan.

Strategik thinking didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengarahkan pemikiran untuk melihat lingkungannya dari berbagai perspektif stratigek. Thinker dapat melihat atas data situasi yang sama seperti halnya yang lain tetapi melihat alternative cara dan inovasi guna pemecahannya. Pikiran mereka tidak ada keterikatan dengan cara-cara atau tradisi yang telah dilakukan diwaktu yang lalu.

Untuk berfikir strategic, CEO harus mengembangkan suasana yang mendorong dan memberi penghargaan terhadap sikap tersebut; berbagai langkah pokok:
Melibatkan semua karyawan dalam proses perencanaan
Menjaring pemikiran-pemikiran arus bawah secara informasi
Mendorong keikutsertaan dalam organisasi profesi
Menyelenggarakan pertemuan untuk mendiskusikan hal-hal penting seperti persaingan, peraturan-peraturan, pelayanan dan mengenai pelanggan

6. Suatu perusahaan guna memenangkan posisi persaingannya pada umumnya menggunakan List Cost Strategi, namun demikian bagi perusahaan yang tidak dapat menghasilkan produk dengan harga termurah, strategi apakah yang harus dimanfaatkan agar perusahaan tersebut dapat berlanjut?

Bagi perusahaan yang tidak mampu menggunakan strategi List Cost Strategi, biasanya strategi yang di pakai adalah Differentiation Strategi.
Differentiation Strategi
Strategi ini dalam menghadapi para pesaingnya dengan menyediakan produk yang berbeda (Unique) dari produk sejenis yang lain. Dengan demikian produknya “lain dari yang lain”. Perbedaannya adalah misalnya dalam kualitas, desain, technology, pelayanan, image (citra) dan sebagainya. Misalnya mobil Mercedes Benz dibndingkan dengan mobil Toyota

Jelaskan perbedaan mendasar antara Strategi Pertumbuhan Kecil tapi Indah dengan Strategi Pertumbuhan Diversifikasi Konglomerasi

Strategi Pertumbuhan Kecil tapi Indah (Schoemacher)

Merupakan suatu strategi pertumbuhan dimana untuk keperluan tersebut tidak harus perusahaannya menjadi besar melainkan perusahaan yang bersangkutan tetap kecil sesuai dengan kemampuan manajemennya

Namun demikian perusahaan merupakan perusahaan yang sehat, lincah, cepat dan dapat merebut peluang yang mendunia (global). Dalam hal ini, bilamana perusahaan yang bersangkutan berhasil dan ingin berkembang, maka lebih baik dia akan menempuh dengan membuat perusahaan yang sama pada tempat yang lain atau disebut pengembangan outlet.
Contoh: KFC, Mc Donald, dan Frenchesse yang lainnya

Strategi Pertumbuhan Diversifikasi Konglomerasi (Conglomeration)

Perusahaan-perusahaan yang menggunakan strategi ini biasanya melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Pengembangan internal yang masih terkait dengan kegiatan pokok yang selama ini telah ditangani dengan baik (Internal Related Growth)
b. Pengembangan dengan integrasi vertical baik ke hulu ataupun ke hilir (Back Integration or Forward Integration)
c. Pengembangan eksternal yang tidak terkait dengan kegiatan inti bisnis selama ini (External Unrelated Growth)

7. Dalam menghadapi era globalisasi ekonomi, berdampak pada persaingan bisnis yang semakin ketat. Sehubungan dengan hal tersebut jelaskanlah berbagai kekuatan persaingan yang terjadi dan strategi-strategi apa yang dapat dipakai untuk menghadapinya?

Setiap perusahaan perlu mengantisipasi adanya 5 kekuatan persaingan yang menentukan kemampuan perolehan labanya (Porter, 1990), yaitu:
Threat of Potential Entrants (ancaman dari pendatang-pendatang baru
Bargaining Power of Suppliers (kemampuan tawar menawar dengan supplier)
Bargaining Power of Buyers (kemampuan tawar-menawar dengan pembeli/pelanggan)
Threat of Substitute Product of Services (ancaman dari barang/jasa pengganti)
Rivalry among Existing Firms (persaingan diantara perusahaan-perusahaan yang ada)

Selanjutnya didalam menghadapi era globalisasi, menurut kenichi Ohmae, setiap perusahaan perlu mengembangkan strategi 5 C yang meliputi:
Customer, sebagai customer akan mengutamakan perhatiannya pada kualitas, harga, desain, nilai, dan bagaimana pendekatannya kepada para customer. Perlu ditekankan, sebagai customer praktis secara relative tidak terpikir apakah produk tersebut buatan negerinya sendiri atau bukan
Competition, dimana dengan kemajuan dan perkembangan teknologi maka tidak ada suatu perusahaanpun yang dapat bertahan dengan teknologi yang telah dikuasainya tersebut. Sedangkan bagi pihak lain selalau terbuka teknologi yang lain, sehingga dikemukakan “no one player can master everything”
Company, dalam hubungan ini diperlukan adanya “brand name” bagi suatu perusahaan untuk menghadapi persaingan yang bersifat global. Sehubungan dengan hal tersebut guna memelihara brand name tersebut memerlukan suatu pengeluaran sebagai biaya tetap yang harus diperhitungkan
Country, sebagai suatu perusahaan yang memiliki wawasan global pemilihan atas Negara yang dapat merupakan daerah subur bagi pengembangan perusahaan tersebut dalam rangka kegiatan usaha
Currency, dalam hubungan ini suatu perusahaan yang berwawasan global menginginkan penggunaan mata uang yang tidak terlalu mudah berfluktuasi sehingga akan menyulitkan didalam pengamanan resiko sebagai akibat dari ketidakstabilan nilai tukarnya

Bagi dunia usaha yang memiliki kegiatan dengan wawasan global perlu memperhatikan penerapan 5 dimensi global strategi (Yip, 1992) sebagai berikut:
Multilocal Market Participation Strategy; dimana perlu pemilihan sejumlah Negara-negara yang secara potensial merupakan pasar yang mengembangkan keuntungan yang relative tinggi dengan memperhatikan kemungkinan adanya kegiatan pesaing
Multilocal Product (and Services) Strategy, dimana produk dan jasa yang dipasarkan ke seantero dunia didasarkan atas standarisasi produk dengan sasaran efisiensi yang baik
Multilocal activity Strategy, dimana perlu dipertimbangkan kemungkinan penempatan kegiatan-kegiatannya yang paling menguntungkan
Global Marketing Strategy, dimana diperlukan pendekatan seragam atas kebijaksanaan marketingnya di seluruh dunia
Multilocal Competitive Strategy, dimana perlu cara-cara yang serentak dan sepenuhnya (all out) didalam menghadapi para pesaing di masing-masing wilayah pasarnya.

Sehubungan dengan uraian tersebut di atas, maka pimpinan perusahaan yang memiliki jiwa kewirausahaan serta memiliki kemampuan kreatifitas guna melahirkan rekayasa-rekayasa baru akan sangat besar pengaruhnya terhadap daya saing perusahaan untuk memanfaatkan berbagai kesempatan serta kemampuan untuk menghadapi tantangan ataupun resiko yang kemungkinan timbul sangat besar pengaruhnya didalam memanfaatkan system keuangan global guna mendukung keperluan usahanya